Memahami Kembali Makna Idul Fitri bagi umat islam
09.47
Ketika mendengar kata Idul Fitri, tentu dalam benak setiap orang yang
ada adalah kebahagiaan dan kemenangan. Dimana pada hari itu, semua
manusia merasa gembira dan senang karena telah melaksanakan ibadah puasa
sebulan penuh.
Dalam Idul Fitri juga ditandai dengan adanya ”mudik (pulang kampung)”
yang notabene hanya ada di Indonesia. Selain itu, hari raya Idul Fitri
juga kerap ditandai dengan hampir 90% mereka memakai sesuatu yang baru,
mulai dari pakaian baru, sepatu baru, sepeda baru, mobil baru, atau
bahkan istri baru (bagi yang baru menikah). Maklum saja karena
perputaran uang terbesar ada pada saat Lebaran. Kalau sudah demikian,
bagaimana sebenarnya makna dari Idul Fitri itu sendiri. Apakah Idul
Fitri cukup ditandai dengan sesuatu yang baru, atau dengan mudik untuk
bersilaturrahim kepada sanak saudara dan kerabat?.
Idul Fitri (kembali ke fitrah), ya suatu hari raya yang dirayakan
setelah umat Islam melaksanakan ibadah puasa Ramadhan satu bulan penuh.
Dinamakan Idul Fitri karena manusia pada hari itu laksana seorang bayi
yang baru keluar dari dalam kandungan yang tidak mempunyai dosa dan
salah.
Idul Fitri juga diartikan dengan kembali ke fitrah (awal kejadian).
Dalam arti mulai hari itu dan seterusnya, diharapkan kita semua kembali
pada fitrah. Di mana pada awal kejadian, semua manusia dalam keadaan
mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan. Dalam istilah sekarang
ini dikenal dengan ”Perjanjian Primordial” sebuah perjanjian antara
manusia dengan Allah yang berisi pengakuan ke Tuhan an, sebagaimana yang
terekam dalam surah al-A’raf (7) ayat 172 :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي ءَادَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ
وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى
شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا
غَافِلِينَ
(Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhan-mu?” Mereka menjawab: “Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian
itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”).
Seiring dengan perkembangan itu sendiri, banyak di antara manusia dalam
perjalanan hidupnya yang melupakan Allah serta telah melakukan dosa dan
salah kepada Allah dan kepada sesama manusia. Untuk itu, memahami
kembali makna Idul Fitri (kembali ke fitrah) dengan membangun kembali
pengabdian hanya kepada Allah adalah sebuah keharusan sehingga kita
semua dapat menjadi hamba-hamba muttaqin dan hamba yang tidak mempunyai
dosa. Dosa kepada Allah terhapus dengan jalan bertaubat dan dosa kepada
sesama manusia dapat terhapus dengan silaturrahim.
Cara Menghapus Dosa Kepada Allah Adalah dengan Taubat
Dosa merupakan catatan keburukan di sisi Allah yang telah dilakukan oleh
setiap manusia karena mereka tidak menjalankan perintah atau karena
mereka melanggar larangan Allah dan RasulNya.
Bulan Ramadhan merupakan bulan khusus yang dikhususkan Allah untuk Umat
Islam. Di bulan ini terdapat maghfirah, rahmah dan itqun minan nar.
Selain itu, bulan Ramadhan juga menjadi sarana umat manusia untuk
memohon dan meminta pengampunan dari Allah dengan jalan melaksanakan
ibadah puasa dan shalat tarawih. Sebagaimana hadis Rasul:
أخرج البخاري: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلاَمٍ قَالَ أَخْبَرَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي
سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
(Dari Muhammad bin Salam dari Muhammad bin Faudhail dari Yahya bin Sa’id
dari Abi Salamah dari Abi Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda : Barangsiapa yang berpuasa pada bulan ramadhan dengan
kepercayaan bahwa perintah puasa itu dari Allah dan hanya mengharap
pahala dari Allah akan diampuni dosanya).
Begitu juga Allah menyediakan Qiyam Ramadhan (Tarawih) sebagai sarana
penghapusan dosa apabila dilakukan karena Allah dan hanya mengharap
pahala dari Allah. Sebagaimana ditegaskan dalam hadis shahih pada kitab
Sunan Abi Dawud
أخرج ابي داود : حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ وَمُحَمَّدُ بْنُ
الْمُتَوَكِّلِ قَالاَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ
قَالَ الْحَسَنُ فِي حَدِيثِهِ وَمَالِكُ بْنُ أَنَسٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرَغِّبُ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ
غَيْرِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ بِعَزِيمَةٍ ثُمَّ يَقُولُ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ
إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
فَتُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَالْأَمْرُ عَلَى ذَلِكَ ثُمَّ كَانَ اْلأَمْرُ عَلَى ذَلِكَ فِي
خِلاَفَةِ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَصَدْرًا مِنْ خِلاَفَةِ
عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
(Dari al-Hasan bin Ali dan Muhammad bin al-Mutawakkil keduanya dari Abd
al-Razaq dari al-Ma’mar dari al-Hasan dan Malik bin Anas dari al-Zuhri
dari Abi Salamah dari Abi Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW senang
melaksanakan Qiyam Ramadhan (Tarawih) meskipun tidak mewajibkannya.
Kemudian bersabda :”Barangsiapa melaksanakan Qiyam ramadhan (tarawih)
karena Allah dan mencari pahala dari Allah akan diampuni dosanya yang
telah lalu. Kemudian Rasulullah wafat, sedang masalah Qiyam Ramadhan
tetap seperti sediakala pada pemerintahan Abu Bakar dan pada awal
pemerintahan Umar bin Khattab).
Dengan rajin dan tekun melaksanakan puasa dan shalat tarawih dengan
tulus mencari ridho dan pahala dari Allah, niscaya dosa dan kesalahan
kita kepada Allah telah terampuni kecuali dosa syirik sehingga kita
menjadi hamba yang bersih dari dosa. Setelah dosa kita diampuni Allah,
maka tahapan selanjutnya adalah membersihkan dosa kita kepada sesama
manusia.
Idul Fitri atau kembali ke fitrah akan sempurna tatkala terhapusnya dosa
kita kepada Allah diikuti dengan terhapusnya dosa kita kepada sesama
manusia. Terhapusnya dosa kepada sesama manusia dengan jalan kita
memohon maaf dan memaafkan orang lain.
Nah, dengan momentum Idul Fitri ini kita mari jadikan sebagai sarana
meminta maaf dan memaafkan orang lain dengan bersilaturrahim (menyambung
kasih sayang) baik kepada suami atau istri, kedua orang tua, anak,
keluarga, sanak kerabat, tetangga serta teman dan relasi kita ketika ada
kebencian terhadap mereka. Sebab kasih sayang merupakan lawan dari
kebencian. Sehingga orang yang dalam dirinya ada kebencian pada suami
atau istri, orang tua, anak, keluarga, sanak kerabat, tetangga, teman
dan relasi disebut dengan pemutus kasih sayang (Qathiul Rahim). Orang
yang memutuskan kasih sayang (Qathiul Rahim) dalam hadis shahih
dijelaskan bahwa mereka ini tidak akan masuk surga. Sebagaimana sabda
Rasul:
أخرج البخاري: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ
عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ
قَالَ إِنَّ جُبَيْرَ بْنَ مُطْعِمٍ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ
قَاطِعٌ
(Dari Yahya bin Bukair dari al-Lais dari Uqail dari Ibn Syihab bahwa
Muhammad bin Jubair bin Muth’im berkata bahwa ia mendengar Nabi SAW
bersabda : pemutus kasih sayang tidak akan masuk surga).
Di hadis lain juga dijelaskan:
أخرج أحمد: حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ حَدَّثَنِي
الْخَزْرَجُ يَعْنِي ابْنَ عُثْمَانَ السَّعْدِيَّ عَنْ أَبِي أَيُّوبَ
يَعْنِي مَوْلَى عُثْمَانَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَعْمَالَ بَنِي
آدَمَ تُعْرَضُ كُلَّ خَمِيسٍ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ فَلاَ يُقْبَلُ عَمَلُ
قَاطِعِ رَحِمٍ
(Dari Yunus bin Muhammad dari al-Khazraj (Ibn Usman al-Sa’diy dari Abi
Ayub (Maula Usman) dari Abi Hurairah berkata : aku mendengar Rasulullah
SAW bersabda : Sungguh perbuatan Bani Adam (manusia) dilaporkan setiap
kamis malam jum’at, maka tidak akan diterima perbuatan (baik) orang yang
memutuskan kasih sayang).
Di samping kita meminta maaf dan memberi maaf, kita juga harus dan wajib
sebisa mungkin menjadi pribadi pemaaf. Memberi maaf berbeda dengan
pemaaf. Kalau memberi maaf itu terjadi ketika ada orang yang meminta
maaf, sedang pemaaf adalah orang yang memberi maaf atas kesalahan orang
lain sebelum orang tersebut meminta maaf kepadanya. Hal ini dengan tegas
ada dalam surah Ali-Imran (3) ayat 134 :
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ
الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(Penghuni surga adalah) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di
waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.
Dengan demikian, mari kita jadikan Idul Fitri tahun ini berbeda dengan
Idul Fitri di tahun-tahun sebelumnya karena kita telah memahami akan
makna Idul Fitri. Dengan kita maksimalkan bersilaturahim untuk meminta
maaf, memberi maaf dan menjadi seorang pemaaf. Jangan biarkan kedengkian
dan kebencian merasuk kembali ke jiwa kita yang telah fitri (suci).
Dengan momentum ini pula, saya Muhammad Makmun sebagai mahluk yang
banyak dan penuh dengan kesalahan dan dosa, baik yang saya sengaja atau
tidak, dengan tulus saya memohon maaf lahir batin atas semua kesalahan
dan dosa saya kepada anda semua. Begitu juga sebaliknya, jika ada
kesalahan dan dosa anda semua kepada saya, dengan lapang dada saya
memaafkan anda. Dengan harapan, semoga kita semua menjadi manusia bersih
sebagaimana bayi yang baru dilahirkan dari kandungan yang tak punya
salah dan dosa.
من العائدين والفائزين, كل عام وأنتم بخير
Kami segenap pengelola program amanahsistem.com Mengucapkan selamat hari raya idul fitri mohon maaf lahir maupun batin.
0 komentar: